Senin, 24 Mei 2010

Bendi Bukittinggi

NAIK BENDI KELILING KOTA WISATA BUKITTINGGI
Tanggal : 31 July 2009
Sejuknya udara Kota Bukittinggi dan banyaknya objek wisata yang tersebar di beberapa tempat, sangat pas dikelilingi dengan kendaraan terbuka. Bagi Anda yang tidak punya mobil atau motor pribadi, bendi menjadi alternatif. Hanya merogoh kocek Rp30 ribu hingga Rp40 ribu, Anda bisa cuci mata keliling kota wisata.


Deretan bendi berjejer rapi di samping Jam Gadang siang itu. Sebagian kusir tampak terkantuk-kantuk menunggu penumpang. Para kuda tepekur sembari mengibas-ngibaskan ekor, setia mengabdi kepada tuannya. Para kusir mengusir jenuh dengan bercerita sesama kusir sambil merokok. Mereka mengaku di luar hari libur penumpang relatif sepi.


”Hari biasa memang agak sepi. Paling banyak masing-masing kami cuma kebagian tiga trip saja setelah menunggu seharian. Hari libur adalah hari penyelamat kami, bisanya kita bisa membawa pulang uang Rp100 ribu,” ujar Syawar St Mudo, 31, seorang kusir bendi. Lima tahun sebagai kusir bendi di Pasa Ateh, Syawar mengaku pelanggannya banyak berasal dari luar daerah ketimbang warga asli. Umumnya, wisatawan memintanya berkeliling kota menikmati keindahan kota wisata.


Dengan kapasitas maksimal 4 orang sekali jalan, bendi pilihan yang pas untuk rombongan maupun perorangan. Anda bisa menyinggahi Benteng, Panorama, Pasar Bawah, dan Kebun Binatang dengan bendi. Tarif yang ditetapkannya kepada penumpang beragam. “Kalau tujuannya hanya sampai kediaman, saya minta Rp10 ribu hingga Rp 15 ribu saja. Tapi kalau diminta untuk keliling-keliling, biasanya saya minta bayaran Rp30 ribu sampai Rp40 ribu, tergantung siapa penumpangnya,” ujar Syawar tersenyum.


Di Jam Gadang ada sekitar 50 bendi yang siap mengantarkan penumpang kemana saja. Umumnya para kusir berdomisili di dalam Kota Bukittinggi, seperti Bukit Ambacang, Bukit Apit, Sanjai, Belakang Balok, Jambu Air dan Parit Putus. Kuda-kuda tersebut ada yang dipelihara sejak lahir dan ada pula yang dibeli setelah dewasa.


”Saya sendiri beli kuda yang sudah besar, harganya Rp10 juta di luar perangkat lain seperti tenda dan pelana,” ujar Syawar. Bapak dua anak ini mengaku tetap setia pada profesinya lantaran optimistis tingkat kunjungan wisatawan ke Bukittinggi akan tetap meningkat.(003) disarikan dr PE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar